Oleh
Yoga Prismanata
Pada tanggal 26 Oktober 2010 mungkin
adalah hari yang paling memilukan untuk Indonesia, sebab 2 bencana alam
melanda yakni Gunung Meletus dan Gempa & Tsunami di Mentawai.
Mungkin banyak bertanya-tanya mengapa Indonesia yang dikenal sebagai
negara yang kaya harus menerima musibah yang terjadi secara beruntun dan
berulang-ulang. Mungkin itu adalah konsekuensi dari kekayaan yang kita
miliki. Mengapa harus disimpulkan seperti itu ? untuk menjawabnya kita
perlu menganalogikan Indonesia sebagai negara yang kaya seperti orang
yang kaya raya memiliki banyak harta, kita sering mendengar orang kaya
biasanya akan lebih sering mendapatkan ujian dari Allah SWT daripada
orang yang kurang mampu, kemudian pada umumnya mereka akan diuji oleh
Allah dengan harta yang mereka miliki pula. Jadi, jika kita bandingkan
kurang lebih memiliki kesamaan dengan musibah di Indonesia, negeri kita
yang kaya sering mendapatkan ujian/cobaan berupa bencana alam, dan
ujian/cobaan tersebut menggunakan harta yang kita miliki juga yakni air
dan tanah. Air untuk bencana Tsunami di Mentawai dan tanah (isi perut
bumi) dari Gunung Merapi yang seperti kita ketahui kandungan perut bumi
itu memiliki kandungan yang sangat baik bagi tanah sehingga dapat
menyuburkan tanah, dengan kata lain dapat meremajakan tanah sehingga
subur kembali.
Gunung Merapi
Jenis Gunung api:
Bentuk : Stratovolcano, artinya strato
berarti kerucut dan volcano berarti gunung api, sehingga kurang lebih
stratovolcano dapat diartikan gunung api yang bentuknya menyerupai
kerucut.
Ketinggian Puncak : 2968 m
Lintang : 7.542°S
Bujur : 110.442°E
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di
provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif
hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68
kali. Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat
desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m. Bagi masyarakat di
tempat tersebut, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi
pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyekwisata bagi para
wisatawan.
Gunung Merapi adalah yang termuda dalam
kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak
di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah
Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000
tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif.
Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang
menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun,
dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi
yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan
1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau
Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan
kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun
1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.” (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Gempa dan Tsunami di Mentawai
Pengertian Tsunami secara umum adalah Tsunami (bahasa Jepang: 津波;
tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar
di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di
bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau
atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombangtsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak
terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari
bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh
aliran gelombang tsunami. Tsunami di Mentawai, Sumatera Barat pada
tanggal 26 Oktober 2010 lalu terjadi akibat gempa tektonik dengan
kekuatan 7,2 SR. Skema terjadinya tsunami dapat dijelaskan dengan gambar
berikut ini,
Hubungan Antara Bencana Gunung Meletus dan Gempa & Tsunami di Indonesia
Ada hubungan dari kedua bencana alam diatas,
hubungan tersebut terletak dari pemicu terjadinya kedua bencana alam
tersebut. Lalu, apa pemicu dari kedua bencana tersebut ? pemicunya
adalah gerakan tektonik lempeng. Bagaimana tektonik lempeng bisa
memicunya ? untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan penjelasan
yang runtut agar semua menjadi terlihat akan hubungan antara kedua
bencana alam tersebut dengan gerakan tektonik lempeng. Pertama-tama akan
dijelaskan apa itu tektonik lempeng.
“Teori Tektonika
Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya
bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran
Benuayang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan
konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk
dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas
kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah
lapisan litosfer terdapatastenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa
mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear
strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah
astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu
yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi
lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh
lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka
bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan
pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang
batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100
mm/a.”
(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Di Indonesia terdapat 2 jenis tektonik
lempeng, yaitu lempeng benua (yaitu lempeng Eurasia) dan lempeng
samudera (yaitu lempeng Indo-Australia). Batas kedua lempeng tersebut
memanjang dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa, kemudian sampai ke Pulau
Sulawesi.
Gerakan kedua lempeng tersebut yang saling
bertumbukan itulah yang menyebabkan adanya getaran yang kita kenal
sebagai gempa bumi. Gerakan kedua lempeng tersebut dijelaskan melalui
gambar berikut,
Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa lempeng
Indo-Australia yang merupakan lempeng samudera menghujam ke bawah
lempeng Eurasia yang merupakan lempeng Benua, karena perbedaan massa
jenis yakni massa jenis lempeng benua lebih besar daripada lempeng
samudera. Dari gerakan lempeng itu terjadi banyak bentukan-bentukan di
permukaan bumi, seperti berupa lipatan, patahan, dan sebagainya. Salah
satu contoh lipatan yang dihasilkan dari tumbukan tersebut adalah
gunung. Gunung tersebut bisa menjadi gunung api jika gerakan lempeng
samudera menembus ke kantong-kantong magma yang ada di perut bumi,
sehingga magma akan menerobos keluar melalui saluran-saluran hasil
patahan dari gerakan lempeng.
Kemudian, kita menghubungkan hal tersebut
dengan meningkatnya aktifitas gunung api yang ada di Indonesia. Saya
memiliki pendapat tentang mengapa beberapa gunung api di Indonesia
meningkat aktifitasnya hampir secara bersamaan dan melakukan erupsi
dengan kekuatan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, khususnya
gunung Merapi. Hal tersebut berkenaan dengan penunjaman lempeng samudera
(Indo-Australia) ke kantong magma yang ada di perut bumi. Jika
penunjaman lempeng tersebut bisa menembus ke kantong magma yang lebih
besar atau jika penunjaman tersebut mampu membuat rekahan atau retakan
yang ada sebelumnya menjadi lebih besar, maka kemungkinan jumlah magma
yang keluar semakin besar sehingga itulah yang menyebabkan aktifitas
vulkanisme meningkat dan lebih tinggi dari yang sebelumnya. Namun,
faktor lain yang Aku yakini kebenarannya adalah penunjaman tersebut
membuat tekanan perut bumi semakin besar sehingga mendorong magma yang
ada di perut bumi untuk keluar seperti yang diungkapkan oleh Chris Goldfinger, ahli geologi kelautan dari Oregon State University di National Geographic, Ia mengatakan bahwa Letusan gunung berapi memang bisa saja dipicu oleh perubahan tekanan akibat gempa bumi.
Dari pembahasan diatas selalu menyinggung
gerakan lempeng dan diduga itulah yang memicu terjadinya rangkaian
bencana alam yang ada di Indonesia. Lalu, berdasarkan apa kita
mengetahui adanya gerakan lempeng di Indonesia ? tentu saja terjadinya
gempa dan tsunami di Mentawai. Sebab tsunami terjadi didahului dengan
gempa tektonik, yakni gempa yang terjadi akibat adanya gerakan dan
gesekan antara dua lempeng sehingga menghasilkan getaran atau goncangan.
Berdasarkan bencana Tsunami di Mentawai itulah kita mengetahui bahwa
memang terjadi gerakan pada tektonik lempeng di Indonesia.
Sumber :
Kompas.com. 2010. Tsunami di Mentawai Setinggi 2 Meter. www.kompas.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Pangestu, Alex. 2010. Mungkinkah kejadian Merapi dan Mentawai berhubungan?. http://nationalgeographic.co.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2010. Tektonik Lempeng. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 31 Oktober 2010
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2010. Tsunami. http://id.wikipedia.org . Diakses tanggal 31 Oktober 2010
http://eduprisma.blog.uns.ac.id/2010/10/31/menilik-bencana-alam-di-indonesia-letusan-gunung-merapi-dan-gempa-tsunami-di-mentawai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar