Minggu, 13 Mei 2012

http://abasrin.wordpress.com/2011/07/09/google-earth-sebagai-media-pembelajaran-geografi/

Google Earth sebagai Media Pembelajaran Geografi

Sabjan Badio
Geografi adalah pelajaran yang memerlukan kemampuan menghafal. Seharusnya, ilmu ini dipelajari dengan cara mengamati langsung objek yang dipelajari. Dengan begitu, aktivitas hafal-menghafal tentu akan lebih mudah. Hal ini sesuai pernyataan Silberman (2007: 1) yang dimodifikasi dari Confucius, bahwa what I hear, I forget; what I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand; what I hear, see, discuss, an do, I acquire knowledge and skill; what I teach to another, I master.
Pernyataan tersebut tentu masuk akal. Mempelajari geografi hanya melaui pendengaran sama saja dengan mendengarkan dongeng. Biasanya, sebuah dongeng berlatar tempat antah berantah alias tidak diketahui. Hal ini begitu kentara ketika guru mengajarkan konsep bumi bulat. Biasanya, guru mengatakan bahwa jika seseorang naik pesawat dengan ketinggian tetap pasti dia akan sampai lagi ke tempat semula. Hal ini berlaku pula jika seseorang melemparkan batu dengan kekuatan tertentu pasti batu itu akan kembali ke tempat semula. Masalahnya, pesawat apakah yang mampu  mengelilingi bumi tanpa mengisi bahan bakar? Andai pun dilakukan penghitungan yang cermat sehingga dimungkinkan pesawat berhenti untuk mengisi bahan bakar dan kemudian kembali ke titik semula, itu tetap saja “hayalan” karena para siswa tidak mungkin membuktikannya. Lalu, siapa pula yang mampu melemparkan batu dengan kekuatan yang bisa membuat batu tersebut mengelilingi bumi? Kedua analogi ini sama saja menciptakan materi hayalan baru di benak siswa. Oleh karena itu, diperlukan media atau alat peraga yang lebih efektif untuk mengajarkan bumi bulat.
Keadaan geografis Indonesia sendiri, yang terdiri atas 17.508 pulau, merupakan permasalahan pelik lain ilmu geografi. Bagaimana bisa mengajarkan letak atau posisi pulau-pulau tersebut? Peta manual yang selama ini digunakan pun tetap hanya menjadikan para siswa berada pada batasan imajinasi.
Penemuan ARPANET tahun 1969 adalah awal yang baik untuk pendidikan geografi di dunia. Teknologi jaringan ini adalah cikal-bakal perkembangan internet (Pandia, 2007). Saat ini, kita buktikan bahwa komputer-komputer dari seluruh dunia dapat terhubung satu dengan lainnya. Melalui internet ini, sangat dimungkinkan para siswa saling berkomunikasi dan melakukan pertukaran informasi, mulai tulisan, foto, hingga video. Siswa yang berada di jantung ibukota dapat mengamati kondisi hujan abu vulkanis yang terjadi akibat letusan Gunung Merapi di DI Yogyakarta dan Jateng melalui rekaman video yang diunggah siswa lain ke Youtube.
Tampilan Google Earth
Dikembangkannya Earth Viewer merupakan langkah lebih maju dalam era pembelajaran geografi. Apalagi ketika peta virtual bumi ini diakuisisi oleh Google dan digratiskan penggunaannya bagi komputer pribadi. Dapat kita saksikan sekarang, siswa dapat mempelajari pegunungan, sungai, lembah, dataran tinggi, dataran rendah, kepadatan penduduk hanya dari layar komputer. Jangankan bagian-bagian tersebut, kendaraan dan marka jalan pun dapat terlihat dari jendela Google Earth. Kehadiran media ini, tak perlu lagi membuat siswa menghayal tentang dunia bulat, untuk membuktikannya mereka tinggal membesarkan skala hingga menampakkan wujud bumi yang bulat.
 http://abasrin.wordpress.com/2011/07/09/google-earth-sebagai-media-pembelajaran-geografi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar